Saat ini internet bagaikan kebutuhan primer bagi masyarakat. Bagaimana tidak, berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya internet. Mulai dari berita, informasi pengetahuan, video call dll. Terlebih sejak Indonesia di landa pandemi Covid-19 yang akhirnya “memaksa” berbagai sektor harus mendigitalisasi kegiatan mereka. Mulai dari sektor pendidikan, yang tadinya pembelajaran dilakukan tatap muka, kini harus via gawai dan harus daring.
Selain itu, berbagai pelayanan publik juga mulai mengadopsi sistem digital. Contohnya salah satu Bank konvensional yang telah menerima pelayanan pembukaan rekening via online. Jadi kemudahannya calon nasabah tak perlu lagi datang ke kantor cabang, hanya perlu persiapkan dokumen seperti KTP atau NPWP dan prosesnya bisa lakukan dimana saja dilakukan via video call. Salah satu terobosan digitalisasi demi menekan tingkat penyebaran virus corona.
Banyak hikmah positif lainnya yang terjadi sejak adanya
pandemi, aku tidak akan berbicara dampak negatifnya karena sangat
memprihatinkan. Sebab setiap kejadian kita harus melihat sisi baiknya, begitu
agar kita bisa maju. Cielah tiba-tiba sok bijak nih. hehehe
Segala bentuk digitalisasi ini sangat erat kaitannya dengan
internet, tanpa internet maka segala aktivitas digital akan nihil. Bahkan
smartphone yang secanggih apapun bila tanpa internet maka berkuranglah
kenikmatan hidup, setuju gak gaes? Sebab akses informasi yang serba cepat dan
digital ini bisa ada karena ada internet. Kini pengguna ponsel pun lebih sering
menghabiskan uangnya untuk membeli kuota internet di banding membeli pulsa.
Sebab dengan adanya internet, pengguna ponsel bisa menelpon
dan melakukan panggilan video dengan biaya yang lebih murah dibanding
menggunakan pulsa. Kabar terbaru dari Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa
pemerintah bakal menetapkan pajak untuk penjualan pulsa, bisa jadi harga pulsa
semakin mahal gaes.
salah satu potret, tak hanya di pedesaan, di kota jakarta masih ada daerah yang susah sinyal, sumber : BBC Indonesia |
Menurut informasi penyebaran virus corona bisa melalui udara dan juga kontak fisik, salah satu medianya adalah uang tunai. Makanya pemerintah memberikan aturan protokol kesehatan, dari memakai masker, sosial distancing, menjaga kebersihan diri dan tidak melakukan kontak fisik. Sebab aktivitas manusia juga erat kaitannya dengan uang. Guna menghindari penyebaran virus melalui uang tunai bisa dengan beberapa cara, yaitu setiap akan bertransaksi dengan orang maka uang tunai yang berupa kertas tersebut dapat di semprot dengan desinfektan.
Namun cara tersebut kadang membuat sebagian orang ragu,
apakah virus benar-benar mati? Untuk itu bagi mereka yang ragu dapat memilih
opsi kedua yang saat ini gencar di gaungkan pemerintah yaitu dengan transaksi
non tunai (cashless). Dengan transaksi non tunai, orang-orang dapat melakukan
aktivitas jual beli dengan cara yang aman (tidak bersentuhan), cepat dan mudah.
Segala aktivitas digitalisasi tadi nyatanya tidak semua
orang bisa merasakannya. Terutama infrastruktur internet di pedesaan yang masih
banyak yang belum tersentuh. Dilansir dari tribunnews.com bahwa ada Wamendes
PDTT menyatakan sekitar 13 ribu desa yang sampai saat ini belum punya akses
internet. Hal ini membuat pemberdayaan ekonomi sulit dilakukan.
Lantas bagaimana mereka menghadapi new normal dengan
beberapa anjuran pemerintah tadi? Dengan belum tersedianya internet maka
beberapa program digitalisasi tidak bisa berjalan. Akhirnya mau tak mau harus
beraktivitas seperti biasa namun tetap mematuhi anjuran protokol kesehatan.
Pengalamanku Tinggal di Daerah Pelosok
Kondisi seperti itu juga pernah aku rasakan ketika saat
pertama kali kerja merantau di tempat orang. Ya, dulu usai tamat sekolah
ditahun 2011 aku tidak melanjutkan kuliah melainkan langsung mencari pekerjaan.
Kebetulan ada saudara yang punya informasi lowongan pekerjaan di tempatnya.
Saat itu aku diterima di perusahaan kelapa sawit di daerah pedalaman kabupaten
bengkayang sebagai admin produksi.
Sebagai anak kota (kota kecil sih hehehe) yang terbiasa
dengan kemudahan sinyal maupun internet apalagi listrik, tentu sangat kaget
ketika harus beradaptasi dengan lingkungan yang serba apa adanya. Listrik hanya
tersedia saat waktu-waktu tertentu dan bukan Listrik dari PLN melainkan dari
tenaga Genset dengan bahan bakar solar.
Sinyal telepon maupun internet sangat susah, kala itu untuk
mendapatkan sinyal yang kencang harus mendatangi kantor, sebab di kantor ada
tower penangkap sinyal. Kalau listrik mati, maka hilanglah sinyal itu.
Alternatif lain ialah dengan menaiki bukit yang tinggi, sebab daerah yang
rendah sangat susah untuk mendapatkan sinyal. Yang paling ekstrim ialah dengan
memanjat pohon, cara ini biasanya kebanyakan berhasil, namun bukan di dataran
rendah loh.
potret pelajar yang mencari sinyal internet di bukit saat pembelajaran daring, sumber : Liputan6.com |
Belum lagi biaya hidup yang lumayan mahal di sana, harga barang pokok bisa menjadi dua kali lipat dibanding harga di kota. Hal tersebut karena akses untuk distribusi logistik juga susah hanya mengandalkan kapal motor air. Di tengah kesulitan itu rakyat indonesia di kenal kreatif, pasti akan bermunculan ide-ide dan solusi dari masalah tersebut.
Sedikit cerita pengalamanku diatas tak lain sebagai bayangan
teman-teman bagaimana daerah-daerah terpencil di indonesia yang masih susah
sinyal, listrik bahkan internet. Aku sudah merasakan sendiri secuil penderitaan
masyarakat pelosok. Jadi melalui tulisan ini aku berharap semoga pihak
pemerintah maupun pejabat swasta lebih memperhatikan pembangunan di desa,
intinya sih pemerataan pembangunan infrastruktur harus bisa dirasakan semua
rakyat indonesia tanpa terkecuali.
Banyak kesulitan yang harus mereka hadapi terlebih sejak
pandemi melanda. Dan ternyata secuil harapanku tadi dan mungkin mewakili
harapan orang-orang yang tinggal dipelosok seakan didengar seseorang, hehehe lebay
dikit. Ya ternyata secercah harapan tadi mulai terlihat cahayanya.
sumber : tertera |
Bahwa Kominfo sebenarnya telah lama menggaungkan program Indonesia merdeka internet, melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) akan membangun BTS di wilayah 3T mulai tahun 2021 dan diharapkan rampung 100 persen di tahun 2025. Kita harap semoga program baik pemerintah tersebut segera terealisasi ya.
Dari semua paparan informasi di atas, aku cuma ingin menegaskan
bahwa saat ini kita sangat butuh internet untuk kemajuan berbagai bidang di
indonesia, baik itu pendidikan, ekonomi, kesehatan, industri, pariwisata maupun
kebudayaan. Apalagi negara kita pada kuartal II dan III tahun 2020 di ambang
resesi sebab perekonomian negara mengalami penurunan yang cukup parah tercatat
minus 5,32 persen dilanjutkan 3,49 persen.
Pemulihan Ekonomi Nasional
Alhamduliah berkat masyarakat indonesia yang inovatif, semua itu dapat teratasi dan sekarang menunjukkan tanda pemulihan ekonomi. Salah satu sektor yang berperan besar dalam andil adalah UMKM yang mulai merambah ke dunia digital dan daya beli masyarakat yang meningkat melalui transaksi digital. Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan dalam pemulihan ekonomi indonesia.
UMKM Go Digital
Beralihnya UMKM ke digital merupakan suatu terobosan,
meskipun dari data tercatat bahwa faktanya masih sedikit yang go digital (16
persen dari populasi UMKM) namun ini merupakan langkah yang bagus kedepannya. Di
kota-kota besar banyak UMKM yang telah bermitra dengan Gojek, Grab maupun pihak
lainnya untuk meningkatkan produktivitas Untuk daerah kecil yang belum ada
layanan tersebut hanya mengandalkan broadcast, story di sosial media seperti
Whatsapp, Facebook maupun Instagram.
Kok kamu tau sih bang? ya dong sebab aku mengalaminya juga
nih, aku berjualan roti dengan kakakku via sosial media yang paling kenceng sih
via facebook (mungkin karena pengguna facebook yang mencakup semua kalangan
kali ya hehe). Beralihnya sektor usaha lewat penjualan online ini terbukti
ampuh meningkatkan daya beli masyarakat loh tapi masih dengan iming-iming
gratis ongkir. Kalau biaya ongkos kirim di tarik sih, calon pembeli malah
berkurang.
salah satu postingan jualan di status facebook kakakku |
Meningkatnya Transaksi Digital
Dengan meningkatnya pengguna internet indonesia juga membuat
peningkatan di sektor transaksi digital loh. Sudah tahu kan apa saja jenis
transaksi digital itu? Itu loh beli pulsa, bayar token listrik, bayar tagihan
listrik/air/bpjs, top up e-wallet, belanja online dan dll. Nah semua transaksi
tadi termasuk dalam jenis transaksi digital loh.
Selama pandemi pihak e-commerce juga gencar melakukan promo
baik itu shopee, tokopedia, lazada, blibli
dll. Hal itu lah juga lah yang mendorong masyarakat untuk belanja selain
karena pembatasan sosial di masa pandemi. E-commerce menjadi pilihan masyarakat
saat ini untuk bebelanja berbagai kebutuhan.
Seperti yang telah aku informasikan diawal, bahwa pemerintah
sangat menganjurkan masyarakat untuk bertransaksi non tunai maupun digital guna
mencegah menularnya virus lewat lembaran uang tunai. Untuk di kota-kota besar
sepertinya transaksi digital lebih familiar dan nyaman digunakan sebab hampir
seluruh lini kini telah menawarkan akses transaksi digital. Seperti transaksi
e-toll, SPBU Mandiri, MRT, e-money maupun e-wallet.
Sedangkan untuk daerah lain seperti tempat aku di sambas, penggunaan transaksi digital maupun nontunai secara langsung masih sangat jarang. Sebab ditempat kami masih belum ada mitra layanan besar seperti Gojek, Grab dll. Jadi untuk transaksi digital yang sering aku lakukan palingan ya belanja online, dengan top-up saldo atau pembayaran mobile banking.
Meski begitu saat merantau di kota pontianak, alhamdulillah
beberapa transaksi non tunai juga sudah pernah aku lakukan, seperti order makanan
via gojek atau grab, beli tiket bioskop, atau menggunakan kartu debit /e-money
untuk pembayaran di SPBU. Sebab pontianak mulai tahun 2019 kemarin sedang
melangsungkan program pontianak cashless jadi ikut merasakan juga sih. Jadi gak
gaptek-gaptek amat hehehe
Tapi pernah kejadian nih yang bikin aku malu, sebab narik
uang tunai di atm, jadi cuma ada pilihan kartu debit atau e-wallet (saat itu
aku pakai dana). Dimana kejadian awkward ini terjadi saat aku belanja makanan
di salah satu restoran, saat pembayaran ternyata hp ku ga ada jaringan
internet, kan mau bayar harus terkoneksi internet tuh, aku jadi bikin kasirnya bingung mau
bilang ga ada kuota kan malu mau bayar pakai kartu debit malah gangguan.
Akhir mau tak mau aku bilang dong, “ga ada internetnya nih
mas”. “Oh, pakai wifi disini aja kak”, jawab mas kasir. Dalam hatiku berkata, “oalah
ternyata ada wifi toh, kenapa gak bilang dari tadi”, dasar aku hahaha. Itulah
bukti nyata malu bertanya kebingungan didalam wkwkwk. Jadi tipsnya minimal
sedia uang tunai juga walaupun sedikit,dan jangan malu untuk minta tolong untuk
berbagi sinyal internet (wifi).
Banyaknya pilihan fintech untuk pembayaran digital tentu
tergantung masing-masing penilaian dan selera pengguna. Akan tetapi hal yang
aku alami tadi mungkin bakal terjadi kepada kalian. Misalnya nih kamu punya OVO
lalu saat belanja ternyata merchant hanya menerima pembayaran dari fintech lain
contohnya LinkAja. Nah kalau kejadian seperti itu, yang ada kamu bakal batal
belanja atau terpaksa menggunakan uang tunai. Sebaliknya penjual juga bakal
kehilangan pelanggan jika transaksi batal.
Nah kan jadi ribet tuh kalau kejadian seperti itu, nah
untungnya nih Bank Indonesia mulai 1 Januari 2020 lalu telah meresmikan produk
digital terbaru yaitu QRIS. Apa sih QRIS itu? QRIS merupakan kependekan dari QR
Code Indonesia Standard. Jadi sistem pembayaran digital apa pun baik itu GoPay,
OVO, DANA, LinkAja atau apapun itu. Kini lebih mudah jadi setiap merchant, toko
online, maupun jenis UMKM lainnya wajib nih punya QRIS.
UMKM Binaan Komunitas Borneo Istimewa yang telah menggunakan QRIS, sumber : Borneo Istimewa |
Tak ada lagi istilah transaksi batal karena beda jenis fintech. Dengan lancarnya sistem pembayaran digital tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di indonesia terutama di sektor ekonomi digital. Harapan aku semoga kemudahan bertransaksi ini dapat dirasakan oleh masyarakat di seluruh penjuru tanah air. “Yuk, Manfaatkan Transaksi Digital untuk Kemajuan Ekonomi Nasional!”
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua orang.
Salam Hangat Desainer Iseng.
Wahyu Eko Cahyanto
- Internet untuk desa - https://www.youtube.com/watch?v=fAfSLlliM-g&list=PLXHnX-wg99aweNBbJAhNkgiIFLxhWjTS-&index=3
- Susah sinyal - https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53595916
- Pemerataan internet cepat di desa - https://www.jawapos.com/oto-dan-tekno/teknologi/11/11/2020/pemerataan-internet-cepat-kominfo-bakal-bangun-4g-di-12-ribu-desa/
- Borneo Istimewa - https://borneoistimewa.com/index.php/2020/12/05/borneo-istimewa-antusias-sambut-qris/
- Potret Perjuangan Pelajar yang mendaki Bukit untuk mendapatkan sinyal internet -https://www.liputan6.com/regional/read/4249049/foto-perjuangan-siswa-sd-mendaki-bukit-agar-bisa-belajar-online?page=1